NURYATI 1003492 PGSD MATEMATIKA 2010 FIP UPI
Tampilkan postingan dengan label Pembelajaran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pembelajaran. Tampilkan semua postingan

Minggu, 04 November 2012

Uniknya Allah Menciptakan Makhluknya


KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA
Potensi dan kemampuan setiap anak berbeda-beda demikian juga dengan anak tunagrahita, maka untuk kepentingan pendidikannya, pengelompokkan anak tunagrahita sangat diperlukan. Pengelompokkan itu berdasarkan berat ringannya ketunaan, atas dasar itu anak tungrahita dapat dikelompokkan.
  1. Tunagrahita Ringan (Debil)
Anak tunagrahita ringan pada umumnya tampang atau kondisi fisiknya tidak berbeda dengan anak normal lainnya, mereka mempunyai IQ antara kisaran 50 s/d 70. Mereka juga termasuk kelompok mampu didik, mereka masih bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan berhitung, anak tunagrahita ringan biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD Umum.
  1. Tunagrahita Sedang atau Imbesil
Anak tunagrahita sedang termasuk kelompok latih. Tampang atau kondisi fisiknya sudah dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak tunagrahita yang mempunyai fisik normal. Kelompok ini mempunyai IQ antara 30 s/d 50. Mereka biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat ke;las II SD Umum.
  1. Tunagrahita Berat atau Idiot
Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya tidak mampu menerima pendidikan secara akademis. Anak tunagrahita berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata 30 kebawah. Dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain.

KARAKTERISTIK ANAK TUNAGRAHITA
Karakteristik atau ciri-ciri anak tunagrahita dapat dilihat dari segi :
  1. Fisik (Penampilan)
Ø  Hampir sama dengan anak normal
Ø  Kematangan motorik lambat
Ø  Koordinasi gerak kurang
Ø  Anak tunagrahita berat dapat kelihatan
  1. Intelektual
Ø  Sulit mempelajari hal-hal akademik.
Ø  Anak tunagrahita ringan, kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 12 tahun dengan IQ antara 50 – 70.
Ø  Anak tunagrahita sedang kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 7, 8 tahun IQ antara 30 – 50
Ø  Anak tunagrahita berat kemampuan belajarnya setaraf anak normal usia 3 – 4 tahun, dengan IQ 30 ke bawah.
  1. Sosial dan Emosi
Ø  Bergaul dengan anak yang lebih muda.
Ø  Suka menyendiri
Ø  Mudah dipengaruhi
Ø  Kurang dinamis
Ø  Kurang pertimbangan/kontrol diri
Ø  Kurang konsentrasi
Ø  Mudah dipengaruhi
Ø  Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain.

F.     PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 bahwa setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pengajaran. Demikian halnya dengan anak tunagrahita berhak untuk mendapatkan pendidikan. Sekolah-sekolah untuk melayani pendidikan anak luarbiasa (tunagrahita) yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB) atau sekolah berkebutuhan khusus.
Sekolah untuk anak luar biasa terdiri dari :
  1. SLB – A untuk anak Tunanetra
  2. SLB – B untuk anak Tunarungu
  3. SLB – C untuk anak Tunagrahita
  4. SLB – D untuk anak Tunadaksa
  5. SLB – E untuk anak Tunalaras
  6. SLB – F untuk anak Berbakat
  7. SLB – G untuk anak cacat ganda
Sekolah Luar Biasa untuk anak tunagrahita dibedakan menjadi :
  1. SLB – Cuntuk Tunagrahita ringan
  2. SLB – C1untuk Tunagrahita sedang
Untuk Tunagrahita berat biasanya berbentuk panti plus asramanya
Anak tunagrahita memiliki kebutuhan khusus untuk mengoptimalkan pencapaian potensinya. Kebutuhan khusus anak tunagrahita ringan menurut Astati dan Mulyati (2010:26) bahwa kebutuhan khusus anak tunagrahita ringan adalah :
  1. Kebutuhan dalam Layanan Pembelajaran. Anak-anak tunagrahita memiliki potensi dalam belajar dan erat kaitannya dengan berat dan ringannya ketunagrahitaan. Kebutuhan khusus yang dimaksud adalah: a) Kebutuhan layanan pengajaran yang sama dengan siswa lainnya. Mereka hanya membutuhkan tambahan pengertian guru dan teman-temannya, tambahan waktu untuk mempelajari sesuatu. b) Kebutuhan layanan pembelajaran yang sangat khusus. Merka membutuhkan layanan, seperti: program stimulasi dan intervensi dini meliputi: terapi bermain, okupasi, terapi bicara, kemampuan memelihara diri dan belajar akademik.
  2. Kebutuhan Akan Penciptaan Lingkungan Belajar. Mereka membutuhkan lingkungan belajar seperti pengaturan tempat duduk yang disesuaikan kondisi anak-anak tunagrahita.
  3. Kebutuhan dalam Pengembangan Kemampuan Bina Diri. Anak tunagrahita membutuhkan konteks dan orientasi cerita yang dimulai dari hal yang konkrit kemudian ke hal abstrak.
  4. Kebutuhan dalam Pengembangan Kemampuan Sosial dan Emosi. Dalam hal berinteraksi membutuhkan hal-hal kebutuhan untuk merasa menjadi bagian dari yang lain, kebutuhan untuk menemukan perlindungan dari label yang negatif, kebutuhan akan kenyamanan sosial, dan kebutuhan untuk menghilangkan kebosanan dengan adanya stimulasi sosial.
  5. Kebutuhan dalam Pengembangan Kemampuan Keterampilan.  Beberapa keunggulan tunagrahita yang akan membawa mereka pada hubungannya dengan orang lain, meliputi: (a) spontanitas yang wajar dan positif, (b) kecenderungan untuk merespon orang lain dengan baik dan hangat, (c) kecenderungan merespon pada orang lain dengan jujur, dan (d) kecenderungan untuk mempercayai orang lain.

Minggu, 28 Oktober 2012

MATEMATIKA BIKIN OTAK JADI CERDAS



Ngeri dengan bayang-bayang belajar Matematika atau belajar berhitung atau sering disingkat “Maths” (British)?!
Biar tambah semangat mari kita baca tulisan di bawah ini tentang pentingnya belajar Matematika dengan cara yang menyenangkan, juga pentingnya Matematika bagi pertumbuhan kecerdasan dan keseimbangan perkembangan otak kita.
Anak yang senang pelajaran berhitung, kata seorang psikolog, cenderung memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan anak-anak yang kurang berminat mengikuti dan memahami angka-angka.  “Mereka yang mempelajari mental aritmatika, yaitu penguasaan cara berhitung dengan menggunakan alat bantu akan lebih pandai berhitung, memiliki daya konsentrasi, daya ingat, dan daya kreaksi yang tinggi,” ujar Dr. Seto Mulyadi dalam suatu seminar di Jakarta.
Apakah mental aritmatika? Kosa kata ini berasal dari bahasa Inggris “Mental Arithmetics”. Dahulu orang biasa menyebutnya sebagai berhitung di luar kepala atau mencongak, dalam bahasa indonesianya, atau matematika dalam bahasa serapan untuk dunia pendidikan.
Kata Kak Seto, seorang Ahli psikologi dan perkembangan anak di Indonesia, anak yang senang berhitung cenderung mempunyai rasa percaya diri serta logika berpikir yang jernih. Kreativitas anak akan lebih terdorong dan muncul dengan mempelajari dan menguasai mental aritmatika.  Namun, tambah pengelola lembaga pendidikan Yayasan Mutiara Indonesia itu, pembelajaran mental aritmatika ini harus disampaikan dalam suasana belajar yang menyenangkan.
Sebagaimana konsep cara belajar untuk anak-anak “Learning Through Play”, atau “Belajar sambil bermain”yang sekarang mulai menyebar diterapkan di dunia pendidikan anak-anak. Konsep ini juga diterapkan di Early Years Foundation Stage (EYFS) Principles, sistem pendidikan anak usia dini sampai tingkat primary di United Kingdom ini. Adik-adik yang sudah masuk sekolah disini pasti mengalami sistem pembelajaran diatas. Bagaimana rasanya? Menyenangkan kan?
Begitu juga tentang belajar mental aritmatika atau matematika. Kita bisa mengubahnya dg cara yang lebih menyenangkan.
Menurut pengamat pendidikan, Drs Andreas Chang MBA, metoda belajar mental aritmatika adalah penguasaan cara berhitung dengan menggunakan alat bantu diikuti suasana belajar sambil bermain yang menyenangkan bagi anak. “Salah satu alat bantu yang banyak dipakai adalah alat tradisional dari Cina, Korea, dan Jepang, yakni sempoa (di Indonesia sering disebut alat berhitung Cina). Metoda seperti itu terbukti membantu anak dapat menguasai berhitung secara cepat dan mudah”, kata Andreas yang juga Pimpinan AMMA (Abacus Mutated Mental Arithmetic) Indonesia, sebuah cabang waralaba pendidikan luar sekolah yang berpusat di Singapura.
Satu lagi metode yang dipakai sekarang di Indonesia yang tidak kalah seru dan mengasyikkan, yaitu metode berhitung dengan menggunakan jari atau disebut dengan “Jarimatika”. Saya pribadi (penulis) mulai menerapkan system ini di anak pertama saya yang berusia 5 tahun, dan Alhamdulillah sudah mulai kelihatan hasilnya. Dia pun juga tidak merasa stress dengan tekanan dalam belajar hitung-hitungan dan juga cepat bosan, karena dulu biasanya saya memakai objek-objek tertentu untuk mengajari anak saya berhitung.
Mental Aritmatika sangat bermanfaat untuk mengoptimalkan otak kanan (Teori Quantum Learning). Kita ketahui bersama, sistem pendidikan formal di Indonesia sampai sekarang mayoritas lebih mendukung  dalam usaha pengoptimalan otak kiri, terutama berupa hafalan. Padahal otak kanan memuat potensi kreativitas yang menunjang pertumbuhan sistem kecerdasan dalam otak anak-anak. Karenanya, system pendidikan yang memfasilitasi perkembangan kedua belah otak secara seimbang harus di kembangkan secara optimal.
Dan alhamdulillah, akhir-akhir ini sudah banyak bermunculan sekolah-sekolah baru yang mengadopsi sistem diatas di banyak daerah di Indonesia.

Sumber: bluehanin.wordpress.com

Selasa, 23 Oktober 2012

Permainan "SEKITARKU" untuk SD Kelas IV Semester 1

Permainan ini bisa dilakukan di kelas 4 Semester 1, 


Petunjuk Penggunaan Permainan "Sekitarku" sabagai berikut;
Keterangan:
Pada permainan “Sekitarku” terdapat beberapa petunjuk diantaranya:
1. Terdapat 5 buah warna bendera   yang terdiri dari;merah (Kelompok 1), Biru (Kelompok 2), Ungu (Kelompok 3), Orange (Kelompok 4), dan Hitam (Bendera Bonus dan Jebakan)
2. Pada Setiap Bendera tersebut terdapat berbagai petunjuk maupun soal latihan yang harus siswa pecahkan di tiap kelompok

3. Letak Bendera itu sendiri di biarkan berceceran dan disembunyikan oleh guru pembimbing agar siswa mencari sendiri bendera tersebut.
4. Terdapat 4 Buah Rumah Budaya yang dimaksudkan sebagai posko strategi untuk menyelesaikan misi di tiap kelompok tersebut misi nya itu sendiri adalah menyelesaikan puzzle yang bagiannya sebagian terdapat pada bendera-bendera tersebut.

5. Terdapat berbagai nama-nama jalan yang diambil dari nama-nama provinsi yang ada di Indonesia yang dimaksudkan agar siswa mengenal provinsi-provinsi yang berada di Indonesia



Aturan Permainan " SEKITARKU"
-Guru mulai membagi kelompok, yakni Siswa di bagi Menjadi 4 kelompok yang di beri nama berbagai karya kerajinan nusantara diantaranya: 1. Kain Songket, 2. Ulap Doyo, 3. Mega Mendung dan 4. Merak Ngibing” dengan menggunakan undian gambar sebagai alat pembaginya
-Guru mengkondiskan siswa agar tertib kembali sesuai dengan nama kelompoknya
Guru memberi kesempatan pada siswa untuk membuat yel-yel di tiap kelompok
Guru mengajak siswa untuk keluar ruangan kelas yang selanjutnya mengarahkan siswa untuk berbaris   dilapangan sesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya
- Guru Utama Menjelaskan terlebih dahulu Aturan permainan “Sekitarku”, yaitu sebagai berikut;
a.       Terdapat 5 buah warna bendera   yang terdiri dari;merah (Kelompok 1), Biru (Kelompok 2), Ungu (Kelompok 3), Orange (Kelompok 4), dan Hitam (Bendera Bonus dan Jebakan)
b.      Pada Setiap Bendera tersebut terdapat berbagai petunjuk maupun soal latihan yang harus siswa pecahkan di tiap kelompok
c.       Letak Bendera itu sendiri di biarkan berceceran dan disembunyikan oleh guru pembimbing agar siswa mencari sendiri bendera tersebut.
d.      Terdapat 4 Buah Rumah Budaya yang dimaksudkan sebagai posko strategi untuk menyelesaikan misi di tiap kelompok tersebut misi nya itu sendiri adalah menyelesaikan puzzle yang bagiannya sebagian terdapat pada bendera-bendera tersebut.
e.       Setiap kelompok menempati rumah yang telah di sediakan
f.   Pada setiap kelompok di bagi tugas seperti; 1 siswa berada di Rumah Budaya untuk memecahkan teka-teki berupa puzzle yang belum tersusun dan masih hilang, 1 siswa berada di titik pusat untuk diberi pengarahan terlebih dahulu oleh guru utama mengenai petunjuk pelaksanaan saat berada di lokasi permainan, 3 orang siswa menjadi tim mobile untuk membantu memecahkan soal maupun petunjuk-petunjuk yang terdapat pada bendera-bendera yang telah di temukan