Minggu, 28 Oktober 2012

MATEMATIKA BIKIN OTAK JADI CERDAS



Ngeri dengan bayang-bayang belajar Matematika atau belajar berhitung atau sering disingkat “Maths” (British)?!
Biar tambah semangat mari kita baca tulisan di bawah ini tentang pentingnya belajar Matematika dengan cara yang menyenangkan, juga pentingnya Matematika bagi pertumbuhan kecerdasan dan keseimbangan perkembangan otak kita.
Anak yang senang pelajaran berhitung, kata seorang psikolog, cenderung memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan anak-anak yang kurang berminat mengikuti dan memahami angka-angka.  “Mereka yang mempelajari mental aritmatika, yaitu penguasaan cara berhitung dengan menggunakan alat bantu akan lebih pandai berhitung, memiliki daya konsentrasi, daya ingat, dan daya kreaksi yang tinggi,” ujar Dr. Seto Mulyadi dalam suatu seminar di Jakarta.
Apakah mental aritmatika? Kosa kata ini berasal dari bahasa Inggris “Mental Arithmetics”. Dahulu orang biasa menyebutnya sebagai berhitung di luar kepala atau mencongak, dalam bahasa indonesianya, atau matematika dalam bahasa serapan untuk dunia pendidikan.
Kata Kak Seto, seorang Ahli psikologi dan perkembangan anak di Indonesia, anak yang senang berhitung cenderung mempunyai rasa percaya diri serta logika berpikir yang jernih. Kreativitas anak akan lebih terdorong dan muncul dengan mempelajari dan menguasai mental aritmatika.  Namun, tambah pengelola lembaga pendidikan Yayasan Mutiara Indonesia itu, pembelajaran mental aritmatika ini harus disampaikan dalam suasana belajar yang menyenangkan.
Sebagaimana konsep cara belajar untuk anak-anak “Learning Through Play”, atau “Belajar sambil bermain”yang sekarang mulai menyebar diterapkan di dunia pendidikan anak-anak. Konsep ini juga diterapkan di Early Years Foundation Stage (EYFS) Principles, sistem pendidikan anak usia dini sampai tingkat primary di United Kingdom ini. Adik-adik yang sudah masuk sekolah disini pasti mengalami sistem pembelajaran diatas. Bagaimana rasanya? Menyenangkan kan?
Begitu juga tentang belajar mental aritmatika atau matematika. Kita bisa mengubahnya dg cara yang lebih menyenangkan.
Menurut pengamat pendidikan, Drs Andreas Chang MBA, metoda belajar mental aritmatika adalah penguasaan cara berhitung dengan menggunakan alat bantu diikuti suasana belajar sambil bermain yang menyenangkan bagi anak. “Salah satu alat bantu yang banyak dipakai adalah alat tradisional dari Cina, Korea, dan Jepang, yakni sempoa (di Indonesia sering disebut alat berhitung Cina). Metoda seperti itu terbukti membantu anak dapat menguasai berhitung secara cepat dan mudah”, kata Andreas yang juga Pimpinan AMMA (Abacus Mutated Mental Arithmetic) Indonesia, sebuah cabang waralaba pendidikan luar sekolah yang berpusat di Singapura.
Satu lagi metode yang dipakai sekarang di Indonesia yang tidak kalah seru dan mengasyikkan, yaitu metode berhitung dengan menggunakan jari atau disebut dengan “Jarimatika”. Saya pribadi (penulis) mulai menerapkan system ini di anak pertama saya yang berusia 5 tahun, dan Alhamdulillah sudah mulai kelihatan hasilnya. Dia pun juga tidak merasa stress dengan tekanan dalam belajar hitung-hitungan dan juga cepat bosan, karena dulu biasanya saya memakai objek-objek tertentu untuk mengajari anak saya berhitung.
Mental Aritmatika sangat bermanfaat untuk mengoptimalkan otak kanan (Teori Quantum Learning). Kita ketahui bersama, sistem pendidikan formal di Indonesia sampai sekarang mayoritas lebih mendukung  dalam usaha pengoptimalan otak kiri, terutama berupa hafalan. Padahal otak kanan memuat potensi kreativitas yang menunjang pertumbuhan sistem kecerdasan dalam otak anak-anak. Karenanya, system pendidikan yang memfasilitasi perkembangan kedua belah otak secara seimbang harus di kembangkan secara optimal.
Dan alhamdulillah, akhir-akhir ini sudah banyak bermunculan sekolah-sekolah baru yang mengadopsi sistem diatas di banyak daerah di Indonesia.

Sumber: bluehanin.wordpress.com

Dimensi Itu


Cerpen

Dimensi Itu
Karya: Tini Bahagiani

            Sosok itu begitu tegap duduk diatas motornya yang terlihat bersinar di tengah teriknya matahari. Semua orang akan iri jika melihat tubuhnya yang tinggi menjulang, dan senyum kecil tersimpul di pipinya.
            “Hai Ta, gimana sekolahnya!” kata Arif dengan tersenyum kecil.
            “Akh…ya biasa makananku sehari-hari Fisika, Kimia, Matematika, Biologi dan semua teman-temanya” keluh Pita.
“Aduh….aduh yang dijemput pacarnya ehm……ehm……mau nih” goda Nira memotong pembicaraan Pita dan Arif.
“Iya nih kok gak bagi-bagi sih………”sambung Diza dengan mata yang berkelip.
“Apaan sih kamu Za, yey mang roti dibagi-bagi, kalau mau mah cari atuh neng, bukannya nunggu sampe lumutan kayak gitu………”saut Pita sambil menaiki motor.
“Idih……idih……ini mah bukan lumutan tapi bulukan ha……ha……!” jawab Diza sambil cengengesan yang terdengar memang masih mempertahankan bahasa sundanya. Yah.. walaupun karena terkena efek global warming akhir-akhir ini, bahasa sundanya pun terdengar campur aduk dengan bahasa indonesia.  
“Sama aja kali Za” keluh Nira yang sudah maklum dengan sifat Diza.
“Gak-gak sekarang bener ngebelanya, yey……belum ada aja pangeran yang lihat mutiara-mutiara indah ini, haaa……sekarang benerkan ye……tumben ya aku cerdas he…he…!”sombong Diza berusaha membela kaum jomblonya sekaligus memuji dirinya sendiri.
“Ah udah ah daaah………neng-neng jomblo” jawab Pita dengan meledek.
“Makasih ibu taraje” jawab Diza sambil berteriak yang berusaha membela walaupun suaranya terdengar seperti kaleng rombeng.
Setahun sudah Pita dan Arif menjalani hubungan yang berawal dari smz alias surat menyurat singkat. Padahal ditengah peradaban yang secanggih ini masih saja ada orang yang hidup di zaman flinstone. Orang-orang sibuk dengan pulza, mereka malah sibuk dengan kertas. Memang terdengar kuno sih, tapi cara itu berhasil membuat mereka kembali menjalin cerita cinta yang dulu kandas karena sikap kanak-kanak masa SMP. Walaupun terasa berat Pita dan Arif jalani. Bagaimana tidak, mengantar Pita kerumahnya saja bagai memberi umpan ke kandang singa yang siap menerkam, selain karena sifat Pita yang takut akan sikap ibunya yang otoriter.
Itulah pacaran ala Pita dan Arif seperti sinetron yang tak pernah berakhir, selalu ada saja episode-episode yang tak mungkin kita tebak.
Matahari perlahan mulai pergi meninggalkan langit, seperti biasa Arif menurunkan Pita di gang rumahnya, bukan pintu rumahnya.
“Dah…dah…Rif, disini aja takut mamah lihat dari jendela” kata Pita yang berusaha memaksa Arif untuk menghentikan motornya.
“Ya udah besok jangan lupa bawa buku harian kita di Risa” jawab Arif yang sedang menghentikan motornya.
“Oh ya hati-hati dijalan” tambah Arif.
Itulah Arif yang tak pernah bosannya menjalani hubungan seperti itu. Arif adalah sosok yang perfect bagi Pita. Bagaimanapun Pita ngambek dan marah padanya , dia nggak pernah sekalipun membalasnya dengan marah, malahan dalam hubungan ini, Ariflah yang selalu mengalah. 
* * *
Siang itu seperti biasanya Arif menjemput Pita di sekolah. Seraut wajah itu tampak bosan dan jenuh akan hubungannya dengan Pita, tapi ia berusaha menyembunyikan perasannya itu. Tak berapa lama Pita menghampirinya dan langsung pergi memecah angin dijalanan.
“Rif, kok diam aja sih!” kata Pita berusaha mencairkan suasana.
“Ah nggak, lagi gak mood ngomong aja” jawab Arif dengan dingin.
“Kok gitu sih jawabnya” ketus Pita.
“Abis mau gimana lagi, toh kamu juga biasanya gak pernah respect dengan jawaban aku” jawab Arif dengan sedikit kesal.
“Loh kok gitu, kayaknya ada yang aneh deh ma kamu!” kata Pita berusaha mencari sumber diamnya Arif.
“Apanya yang berubah, gak ada deh perasaan. Aku tetep sama orang yang seperti dulu, tukang antar-antar kamu kemana-mana, orang yang selalu denger keluh kesah kamu kalau lagi ngambek, orang yang gak pernah protes kalau mau ngajak main pacarnya aja susahnya minta ampun” jawab Arif yang terdengar sedikit berani mengungkapkan unek-uneknya selama ini.
“Oh jadi selama ini kamu gak ikhlas nih, ya dah kalau gitu maaf deh……!” rayu Pita dengan sedikit mengalah.
“Ya udah sekarang neng yang manis ini turun yah soalnya dah nyampe nih!” goda Arif membalas rayuan Pita.
“Oh dah nyampe ya bang……” jawab Pita ala penyanyi Benjamin S
“Ya udah hati-hati ya, jangan lupa besok jadikan jalan-jalannya?” Tanya Arif dengan penuh harapan.
“Ya kalau berhasil ngebohongin mamah!” jawab Pita yang berharap agar diijinkan oleh ibunya.
“……………”Arif tidak menjawab.
* * *
Seperti janjinya kemarin, Pita dan Arif pun pergi jalan-jalan. Sungguh sebuah fenomena yang ganjil bagi hubungan mereka, layaknya hantu di siang bolong, tapi itulah keadaan yang sangat dimimpikan oleh Arif selama ini. Mereka pun pergi memecah jalanan yang sepi. 
Seketika langit yang cerah mendadak menjadi gelap, angin semilir mengayun mata yang letih, langit indah tak lagi nampak pada mata. Namun seberkas cahaya menuntun langkah pada kesadaran. Seonggok tubuh itu lemas terlunglai pada sebuah kursi yang terikat. Dan sadar dirinya terjaga pada ruangan yang gelap akan rasa, hampa tanpa kasih sayang, sepi karena gemuruh jantung tak ada.
“Aku ada dimana………” resah Pita sambil mencoba melepaskan ikatannya.
“Kamu ada disini ditempat ini……………” munculah sesosok bayangan dari balik pintu, suara itu terdengar tidak asing ditelinga Pita.
“……………” tanpa sepatah kata terucap dari bibir Pita, ia merasa heran, kaget, marah, kesal, dan berusaha menebak-nebak asal suara itu.
“Apa yang kamu lakukan Rif,……… ini adalah sebuah tindakan bodoh yang tak mungkin seorang Arif lakukan” ketus Pita dengan penuh was-was dan berusaha membuyarkan pikiranya bahwa itu adalah Arif.
Ternyata tebakan Pita tidak meleset, itu adalah Arif orang yang selau mengantarnya kemana-mana, orang yang tak pernah sekalipun marah padanya walaupun dia sedang tidak mood, orang yang selalu berusaha memahaminya dalam kondisi apapun.
“Apa kamu gak pernah berfikir, apa yang telah kamu lakukan selama ini?” Tanya Arif dengan penuh keangkuhan.
“Apa yang aku lakukan, aku gak pernah berbuat salah padamu atau pada siapapun!Aku berusaha menjaga cintamu, memberikan semua perhatianku padamu, tak ada yang salah dengan semua itu” jawab Pita berusaha membela dan melepaskan ikatan yang ada di tangan dan kakinya.
“Apa katamu gak ada yang salah…………!” jawab Arif dengan sepele.
“Lalu apa salahku Rif, apa salahku Rif…apa salahku…jawab Rif!” keluh Pita yang sudah letih berusaha melepaskan ikatannya.
“Kamu masih tanya apa salahmu……, kamu mau tau apa salahmu!” jawab Arif sambil mengitari kursi jeruji yang tak tampak itu.
“Apa perlu aku jelasin satu persatu agar kamu ingat apa salahmu” sambung Arif.
“……………” Pita tidak menjawab, hanya isak tangis yang semakin keras dan tak henti mengisi ruangan hampa itu.
“Sudah jangan menangis, percuma kau menangis tak ada yang mendengarmu disini” ketus Arif pada Pita.
Bukannya semakin pelan tangis itu, malah semakin memecah ruang hampa yang tak ada sedikitpun cahaya.
“Kau tau apa yang kau lakukan……kau ingat 3 tahun yang lalu saat kau mencampakkan diriku karena sebuah hal yang sepele, kau tau ketika itu dirimu adalah orang yang paling aku butuhkan, ketika diriku terjatuh dalam titik terendah keputusasaanku, dimana aku harus membayar hutang keluargaku, saat itu kamu dimana hah………” tutur Arif dengan kesal.
“Kenapa waktu itu kamu gak cerita atau pinjam uang padaku………?” jawab Pita dengan lemas.
“Apa……hah……memang pernah kau berpikir sedikit tentang diriku, tidak sedikitpun. Aku hanya dijadikan kamuflase dari rasa yang kau inginkan, aku hanya jadi seonggok patung palsu yang menemanimu sebagai status” jawab Arif yang mengeluarkan semua keluh kesahnya yang selama ini terpendam.
“Tapi……ta…pi…aku gak bermaksud untuk seperti itu Rif, mungkin waktu itu aku masih SMP yang belum berpikir sejauh itu. Tapi aku yang sekarang beda Rif” kata Pita yang berusaha mempertahankan hubungannya yang berada di ujung tanduk.
“Apakah dengan kamu yang sekarang membawa perbedaan yang berarti, gak bagiku. Kau tetap menjadi sosok yang angkuh, tak peduli akan orang disekitarmu, kau menyerahkan hidup pada kepasrahan, dan selalu berpikir pendek untuk hal apapun” kata Arif dengan panjang lebar.
“Ta…pi…tapi….”belum selesai Pita menjawab, Arif kemudian memotongnya.
“Masih belum cukup juga. Kau tau seorang wanita kumel dan lusuh yang selalu kau ledek dengan sebutan `pengemis sampah masyarakat` itu, ia adalah orang yang selalu berusaha hidup meskipun hidup tak memberikannya kemudahan, dia selalu tersenyum meskipun di punggungnya terbebani beban berat seorang anak yang sedang tumbuh menjadi remaja, sedangkan kau tidak pernah berusaha untuk memperbaiki hubungan ini, kau hanya pasrah dan menyerahkan semuanya pada ibumu tanpa ada usaha yang kau lakukan” tambah Arif.
“Tapi Rif, diakan cuma seorang pengemis, kenapa kau bawa-bawa dia dalam masalah ini” jawab Pita meremehkan wanita itu.
“Ya…………itulah kau, bagimu semuanya cuman dan tak penting, bagimu mungkin diriku juga tak penting, kau mau tau wanita itu siapa……?”  tanya Arif.
“Siapa Rif, jangan bilang kalau itu…………” belum selesai menjawab Arif pun kembali memotong perkataan Pita.
“Ya dia adalah ibuku, orang yang memberiku cahaya dalam kegelapan, orang yang selalu tersenyum walaupun beban berat ada di pundaknya, orang yang membangkitkanku dari keputusasaan  saat kau mencampakkan diriku, dimana semangat hidupku mulai redup” jawab Arif dengan jelas.
“Apa yang kau bilang Rif, dia ibumu…itu gak mungkin. Tapi…itu sebuah hal yang mustahil, sekarang kan kau………” jawab Pita dengan heran.
“Ya dulu aku bukan siapa-siapa tapi kini aku lain, aku berusaha bangkit dan akhirnya aku bisa seperti ini” kata Arif seperti ingin membuktikan pada Pita.
“Rubahlah dirimu mulai saat ini, tak ada kata terlambat untuk berubah, maaf aku gak bermaksud untuk menyakitimu, aku hanya ingin kau berubah dan menilai orang dari sudut pandang yang berbeda. Jangan pernah berfikir aku adalah pembunuh yang terobsesi akan cinta” tambah Arif yang semakin lama terasa menjauh dari ruangan itu.
“Rif……Rif……Rif kamu mau kemana?” Tanya Pita yang berusaha menahan Arif untuk pergi.
“Maafin aku Rif…………!” teriak Pita.
Perlahan keadaan di sekitar menjadi hening dan sepi. Terdengar rintik hujan berhenti sedikit demi sedikit, gelap kembali menyelimuti mata, angin berhembus begitu kencang hingga mengayunkan badan pada kesadaran. Tubuh itu masih terbujur kaku dalam kursi yang tak beradab.                         
Pita bingung apa yang terjadi padanya dalam sedetik yang lalu, ia terbawa dalam dimensi yang membuat dirinya sadar akan hidup. Ia pun masih ketakutan, keringat dingin bercucuran dari tubuhnya, tanganya begitu lemas dan bergetar. Ia tampak bingung, ia hanya bisa berteriak dan menangis sekencang-kencangnya dalam ruangan sepi itu. Ia masih syok dengan pengalaman yang baru saja ia lalui.
“Akh………………………………………………………………”teriak Pita.
“Wah………wah………Za, gawat kayaknya kita batalin deh rencana kita buat ngerjain dia, lihat aja tuh si Pita udah kayak ayam kehilangan induknya aja” ujar Risa yang ketakutan dengan teriakan Pita.
“Ya nih Za, telinga aku rasanya mau pada lari denger teriakan si Pita!” tambah Nira yang sama takutnya.
“Ah paling-paling itu taktiknya si Pita aja biar kita ngegagalin rencana kita!” kata Pita yang berusaha mempertahankan rencana awalnya.
“Ah kamu ini gimana Za, lihat aja tuh badan si Pita udah kayak orang yang mandi dua bak” jawab Nira yang udah setengah mati ketakutan.
“Ya Za, mang kamu mau nanti kena damprat penjaga sekolah!” tambah Risa.
“Ah itu mah gampang bisa diatur, mang dulu kamu gak rasain aku dikerjain ma dia abis-abisan!” jawab Diza yang setengah dendam.
“Masalahnya sekarang bukan urusan siapa yang sakit dan disakitin, tapi mangnya kamu mau nanti jadi artis BUSER!” kata Nira sambil bercanda.
“Ah kamu Ra, mang aku ini cewek apakah, wong aku cuman ngerjain dia aja kok!” jawab Diza.
“Yey……kamu dibilangin tuh ya!” sambung Nira.
“Eh udah….udah kok malah berantem, trus si Pita nya kita gimanain, liat tuh di malah jadi nangis, buruin dong mikirnya!” desak Risa yang semakin resah.
“Kamu sih Za………” kata Nira menyalahkan.
“Yey………kamu juga” balas Diza.
“Eh ya ampun ni kodok ma cicak gak akur-akur” keluh Risa pada dua temannya.
“Risa………………!” kata Nira dan Diza bersama-sama.
“Kamu ngasih perumpamaan tuh yang bagusan dikit napa!” keluh Diza
“Ya nih Sa, masa kamu katain aku ma Diza, kodok ma cicak” tambah Nira mendukung.
“Ya udah………udah jangan dibahas, trus kita gimanain si Pita tuh!” desak Risa.
“Ya udah……udah……dengan terpaksa deh kita lakukan rencana B!” kata Diza dengan terpaksa.
“Ya dah, ayo kita samperin Pita” ajak Nira.
“Eh ya kita bagi tugas aja biar cepat, Nira kamu sms anak-anak yang lain kasih tau kalau kita jalanin rencana B, kamu Za nyalain tuh lilin!” perintah Risa pada Diza dan Nira.
“Siap boz…!” jawab Nira dan Diza singkat.
“Gimana Ra, udah belum ngesms anak-anaknya!” desak Risa.
“Bentar dong Sa, belibet nih tangannya” jawab Nira sambil mengetik sms.
“Kamu Za!” Tanya Risa pada Diza.
“Rebes boz, Nira tuh yang  dari tadi gak selesai-selesai ngetik sms,  segitu aja kok ribet!” ledek Diza.
“Kamu tu yah mau ngajak ribut lagi nih……ayo siapa takut!” balas Nira dengan kesal.
“Eh udah…udah… kapan selesainya dong!” kata Risa berusaha mendamaikan Diza dan Nira.
“Udah Sa, udah terkirim, ayo kita samperin si Pita lihat tuh anak-anak udah siap-siap” ajak Nira.
“Ayo kita serang……BANZAI!” kata Diza dengan semangat.
“Lebai amat kamu Za, si Amat juga gak lebai-lebai banget!” kata Nira yang merasa jijik dengan sikap berlebihan Diza.
Seketika Pita diam sejenak, ia tidak terlalu meghiraukan lagu Happy Birthday yang dinyanyikan oleh teman-temannya. Ia hanya teringat dengan kata-kata yang diucapkan Arif padanya tadi. Tapi lagu Happy Birthday itu terus saja terdengar dan memecah sepi yang tadinya memenuhi ruangan itu.
Sekarang ruangan itu bak sebuah pesta penuh dengan balon-balon dan hiasan ulang tahun lainnya. Seketika suasanapun mencair menjadi gemuruh oleh suara teman-teman Pita yang sejak kemarin memang sudah merencanakan semuanya secara sempurna. Diza pun membuka penutup mata yang dari tadi menutup mata Pita.
“Hey bangun Ta, udah dong nangisnya kita kan cuma bercanda, SURUPISE gitu!” kata Diza berusa mencairkan suasana.
“Ah kamu Za, belaga pake bahasa Inggris segala bilang SURPRISE aja SURUPISE” ledek Nira yang dari tadi memang tidak mau kalah dari Diza
“Yey biarin yang penting mah gahu…gahul…gitu lohl!” bela Diza.
“Ya ampun Diza………………Nira……………!Lama-lama aku strez tau lihat kamu berdua ledek-ledekan terus!” kata Risa yang sudah kesal dengan perbuatan mereka berdua.
“Ya maaf itu mah spontan bu……!” jawab Nira dan Diza bersama-sama
Akhirnya Pita pun berusaha berbicara, walaupun suaranya terdengar sedikit serak karena menangis dari tadi. Pertama yang ada dipikiran Pita dari tadi hanyalah Arif, ia pun langsung menanyakan Arif pada Risa.
“Sa, kamu lihat Arif gak?” Tanya Pita dengan cemas.
“Gak tau Ta, padahal dia loh yang ngerencanain ini semua buat kamu” jawab Risa.
“Termasuk dia yang rencanain ngomong soal ibunya, soal aku yang banyak melakukan salah padanya, soal aku yang mencampakkan dia waktu SMP” kata Pita tanpa henti.
“Gak ada, dari tadi kamu cuma tidur, lumayan lama sih sekitar 15 menitan trus waktu kamu bangun, teriak deh sama nangis!Mangnya napa gitu Ta?” kata Risa menjelaskan.
“Berarti tadi aku….?!?!” kata Pita penuh dengan kebingungan.
“Yaiyalah mimpi masa kenyataan, wong dari tadi kamu tidur kok. Kami semua yang ada disini juga jadi saksi kalau kamu tidur, itu mang ide aku sih. Tadi pas kamu minum di kantin waktu nungguin Arif jemput, aku masukin obat tidur tapi dikit kok, gak bakalan over dosis, tenang itu sudah sesuai takaran sewajarnya he…he…” jawab  Diza sambil cengengesan.
“Malahan tadinya si Nira mau ceburin kamu ke got………Eh tapi kamunya malah teriak dan nangis jadi gagal deh rencana kita” sambung Nira.
Ketika teman-teman Pita sibuk memotong kue ulang tahun itu, ia masih saja berusaha mencari Arif di kerumunan teman-temannya. Tampaklah sososok bayangan tinggi menjulang yang terlihat dari kejauhan. Ia hanya tersenyum kecil pada Pita, dan pergi begitu saja tanpa menghiraukan panggilan Pita. 
    
                                                                                                  
                                                                                                   
                                                                                                   
        

     

“LIRIH”


Cerpen
Karya: Eka Kusumah Wardhani

“Huh ……………. Cape banget mana medan tempur masih jauh!!!”
Dira kelelahan.
“Jangan lebai deh Dir, pakai kata medan tempur segala, resiko, pake maksa mau ke rumahku” Suzan menggerutu.
“San…..nanti di rumah kamu, harus ada makanan banyak ya!!!” Pinta Ajeng.
“Kalau ada”
Tujuh orang sahabat itu nampak kelelahan. Romy dan Cacha maju di depan sebagai pemandu jalan menuju rumah Suzan. Sedangkan lima sahabatnya dengan santai jalan masih dibelakang.
“Alhamdulillah, akhirnya tiba juga!!!” Romy sangat kelelahan dengan bedak yang luntur, kacamata yang sudah “aneh” letaknya dan rambut yang …..oh no!!!.
“Ya…..Mi, sampai juga disini. Welcome to …..!!!” Cacha sambil selodoran.
“Welcome apa Cha welcome to Suzan house” ejek Suzan.
Rumah Suzan adalah tempat nongkrong favorit tujuh orang sahabat ini. Anak-anak SMA-SMA negeri populer tongkrongan mereka kalau bukan café jelas mall. Tapi, meski perjalanannya jauh tujuh orang sahabat ini maksa harus ke rumah Suzan. Secara siapa yang mau nolak disini pemandangannya bagus tentunya makanan dari yang empunya rumah enak-enak.
Acara ngumpul mereka dibuka dengan nonton TV dan radio. Aneh, nggak cukup apa nonton TV saja. Dasar gadis sekarang!!!. Acara mereka selanjutnya makan plus gosip, gosip, gosip, dan selalu gosip. Niatnya sih mereka mau mengerjakan PR sekolah. Tapi, prakteknya hanya Dira, Ajeng, dan Suzan yang ngerjain PR mereka.
“Udah…..ah. Urusan orang lain juga, dipikirin amat!!!” Ajeng yang merasa bosan mendengar gosip teman sekelas mereka yang di “gencet” kakak kelas.
“Ya…..lah kita cari topik lain !!!” Sisi, setuju
“Topik gosip lainnya gitu” ejek Intan, sontak semua tertawa.

*    *    *    *
Akhirnya bel tanda istirahat berbunyi. Tujuh orang sahabat yang sudah gundah gulana karena kelaperan itu, gembira.
“My ………..ini bindernya kemarin aku nulis banyak!!!” Dira, sambil memberikan binder kepada Romy. Ya binder Romy adalah tempat curhat ketujuh sahabat kompak itu.
“Oh…………..bagus ntar aku ada kerjaan baca curhaan orang!!!”
“Oh…..ya Dir, Suzan ma anak-anak masih di kantin kan?!”
“Iya, emang kenapa?!!?” Dira penasaran.
“Suzan bentar lagi ulang tahun, Sabtu depan, minggu ini!!”
Romy semangat
“Oh …..iya nanti aku kasih tahu anak-anak lain!!!”
Sabtu ini Suzan ulang tahun kebetulan sekolah mereka lebih tepatnya kelas mereka, ada tes renang Sabtu ini. Kesempatan ini mereka manfaatkan untuk menjaili Suzan. Mereka begitu sadisnya mendorong Suzan ke kolam renang padahal mereka sendiri tahu Suzan tidak bisa berenang. Yang paling sadis Dira, baru saja Suzan naik, langsung didorong kembali ke kolam.
“Eh….emh….ook…..tolong!!!” pinta Suzan setengah tenggelam. Enam sahabatnya panik Romy langsung terjun memberi pertolongan.
“Udah jangan nangis, pindah yuk ke bagian pantai!!” Pinta Romy setelah menolong Suzan.
“Nggak ah ……….takut”
“Tenang aja !!!”
Disana Suzan ditampar, dicubit, dan dipeluk sambil mengucapkan selamat ulang tahun dari Romy kepada Suzan. Hari itu hari yang sangat istimewa, meskipun keenam sahabatnya jail minta ampun. Tapi, Suzan mendapat kado manis, mereka juga begitu sayang pada Suzan. Kasih sayang tidak dapat digambarkan indahnya.
Tujuh orang sahabat itu sangat kompak dalam segala hal. Meskipun latar belakang mereka berbeda, tapi mereka saling mengisi. Banyak orang kakak kelas, adik kelas, teman sekelas, supir angkot, pedagang nyaman bersama tujuh orang sahabat itu. Karena mereka sangat mudah bergaul. Supel. Akh….indah.

*    *    *    *
Awal bulan Desember ini, Romy ulang tahun. Keenam sahabatnya merencanakan akan membuat kejutan untuk Romy. Dira sahabat yang paling dekat dengan Romy. Kali ini bertindak sebagai kapten dalam “penyerangan” ulang tahun Romy. Dia meminta Andi pacar Romy untuk turut ikut serta dalam acara itu. STOP!! Jangan berpikir kemana-mana Romy pacar Andi emang terasa janggal, tenang nama boleh laki-laki tapi fisik dan sifat perempuan, itulah Romy.
Rencana pulang sekolah, Romy akan diguyur oleh enam sahabatnya ditambah sahabat Andi.
“San, ntar kamu ajak dia ke toilet terus guyur dia, Cacha sama Sisi bagian taburin terigu, Ajeng sama Intan bagian nyiramin air kotor. Selebihnya ide Andi Ok!!!”
Dira dengan tegas memberikan instruksi
“Sip…………..!!!”
Acara berhasil Romy basah kuyup. Tapi suprizennya belum selesai seperti kejutan ulang tahun Suzan dulu. Kebetulan ada acara di rumah Romy. Kali ini keenam sahabatnya sengaja menyembunyikan kado ulang tahun untuk Romy dibawah bantal tempat tidurnya.
Romy punya peran penting dalam persahabatan yang mereka jalin. Dia adalah penetralisir diantara perbedaan-perbedaan sahabatnya. Bagi Dira sendiri Romy begitu berkesan dia sahabat yang sangat, sangat baik, perhatian. Romy pernah berkata saat Dira ada masalah “Dir, jangan nangis, cerita dong!!! kalau kamu nangis, Romy juga nangis!!!”
Begitu pada Suzan, Romy adalah sahabat paling gokil, paling baik. Ajeng mereka sangat dekat setiap hari Ajeng selalu mampir ke rumah Romy untuk berangkat sekolah bersama. Romy tempat ngobrol yang asyik. Sedangkan bagi Cacha, karena mereka berdua itu sangat suka main, Romy adalah teman main yang seru. Begitupun bagi Sisi dan Intan.
Pernah suatu hari Intan bertanya apakah diwajahnya ada noda. Apa kata Romy!!!
“Mi, dimuka Intan nggak ada apa-apa kan?!?!” Intan bertanya.
Ada…..ada alis, mata, hidung, bibir. Lengkap koq!!!” ujar Romy.
“Ih…..bukan itu, muka Intan kotor nggak?!?!”
“Nggak, tapi sayang Tan dimuka kamu ada tepatnya dibagian mata ada permata tuh!!!”
“Sialan……………to the point aja lagi”

*    *    *    *
Sepuluh hari yang lalu tujuh orang sahabat ini baru saja merayakan hari “jadinya” mereka tepatnya 3 April. Acara perayaannya sederhana. Di acara tersebut Dira sengaja membuat sebuah desain tanda persahabatan berupa gambar kupu-kupu disamarkan dan bermahkota. Itu diambil berdasarkan kesukaan tujuh orang sahabat ini pada kupu-kupu. Terutama kupu-kupu paling cantik penghuni syurga Amathonte. Entah apa gerangan apa Romy pada hari itu orang paling aneh, dia memakai baju pink, padahal semua tahu dia sangat anti pink. Dan tahukah !!! dia orang pertama yang menyantap hidangan perayaan. Meski malu diejek teman-temannya dia beranikan juga.
“Dir, ayo pulang!!!!” ajak Romy dan Cacha
“Duluan aja, aku mau ke warnet dulu bareng Suzan sama Ajeng!!!”
“Em………….kalau enggak disuruh cepet sama mama aku ikut !!!” ujar Cacha.
“Romy, cemberut aja dagang tutut, sambil kentut ya !!!”
Dira menggoda sahabatnya seraya mencubit dagunya. Romy pun tersenyum meski terlihat maksain. Selama seminggu setelah perayaan, sahabatnya merasa ada yang berbeda dengan Romy. Apalagi Dira dia orang yang paling dekat dengan Romy, orang yang paling tidak bisa dibohongi Romy.
*    *    *    *
Hari Rabu pun tiba, hari dimana Sekolah Bunga Bangsa tempat tujuh orang sahabat itu menuntut ilmu, mengikuti lomba upacara. Hanya Romy dan Suzan yang menjadi paduan suara. Seharusnya hari itu hari yang menyenangkan, karena mereka bisa main setelah lomba. Tapi justru sangat kacau.
“Dir, tadi aku lihat ada yang kecelakaan cowok-cewek pake motor, jaketnya itu kayak punya Romy!!!” Ajeng memberitahu apa yang dilihatnya saat berangkat sekolah.
“Dir, Romy kecelakaan sama adiknya, tabrakan dengan angkot!!!” Cacha yang baru saja datang panik memberitahu.
“Jadi Romy yang kecelakaan !!!” Dira yang sedang bersiap menjadi peserta lomba upacara terkejut.
“Dia berangkat dengan adiknya naik sepeda motor, aku mau bantu tapi takut!!!” ujar Cacha.
“Jangan panik ya, jangan nangis, tenang, do’ain aja semoga selamat. Aku, mau beritahu sepupunya dan Andi” pinta Dira meskipun hatinya sendiri gelisah.
Dira pun memberitahukan kejadian yang menimpa Romy kepada Wida sepupunya dan Andi. Tapi sayang, Andi waktu itu belum datang, sehingga Dira pun meminta Ridwan memberitahu Andi secepatnya. Dira kembali ke kelasnya, disana terdengar suara ribut.
“Tahu nggak Romy meniggal tadi pagi!!!” Eni yang baru saja datang memberi tahu dengan serius.
“Akh…..mana mungkin, tadi hanya kecelakaan!!!” Cacha tidak percaya.
“Iya…..emang kecelakaan, tapi kemudian meninggal!!!”
Sampai ada ketegangan antara Dira dan lima sahabatnya. Dira meminta lima sahabatnya untuk tenang dulu. Tapi semuanya malah panik. Semua seisi sekolah panik.
*    *    *    *
Lomba upacara pun berlangsung. Enam sahabat Romy pikirannya kacau. Entah kenapa saat pembacaan do’a Dira merasa ingin menangis, menjerit sejadi-jadinya. Akhirnya kepala sekolah SMA Bunga Bangsa sendiri yang mengklarifikasi kabar tersebut.
“Innalillahi wa inalillahi Rajiun telah meninggal sahabat……………”
Belum juga selesai sang bapak kepala sekolah memberitahu Dira sudah menangis. Dan, saat nama Romy disebut Dira menjerit, disusun Cacha dan empat sahabat lainnya. Semua civitas akademika SMA Bunga Bangsa berduka. Keenam sahabat Romy tak percaya sahabat yang disayangi mereka meninggal, meninggal dengan tragis.
Tuhan memang Maha Kuasa. Sebenarnya peristiwa kecelakaan Romy, sangat dekat keberadaan dengan sahabatnya. Pertama angkot yang dia tumpangi melewati jalan itu, kemudian beberapa meter setelahnya angkot yang ditumpangi Cacha, disusul dengan Ajeng yang diantarkan kakaknya dan Romy beserta Adam adiknya menyusul dan kecelakaan.

*    *    *    *
Sesampainya di rumah duka terasa berat kaki ke enam sahabatnya untuk melangkah. Disana Dira bertemu dengan Andi yang kelihatan sangat terpukul seperti dia.
“Dir, Romy masih di rumah sakit sedang diotopsi tunggu aja di rumah!!!”
“Oh !!!” entah mendengar atau tidak. Dira semakin berduka Andi begitu enteng menyebut nama Romy tanpa embel-embel almarhum.
Di rumah duka begitu kacau, Dira melihat sahabatnya menangis. Ayah Romy begitu terpukul kedua anaknya. Dinda paling kecil Romy begitu ceria dirumahnya ramai, dia tidak tahu kedua kakaknya telah meninggal.

*    *    *    *
Untuk pertama dan terakhir kalinya Dira mencium kening sahabatnya. Lima sahabatnya tak kuasa melihat jenazah Romy terbujur kaku. Meskipun fisik rusak Romy begitu manis dengan senyumnya. Saat jenazah akan disahalatkan, sahabatnya ikut menyolatkan. Kebetulan Dira bertemu Ida teman SMP yang juga sepupu Romy.
“Da, tahu nggak aku ma anak-anak nolak dia waktu Romy ngajak liburan ke aku, aku nyesel Da!!!” lirih Dira.
“Kami sekeluarga Sabtu besok ke Pangandaran, Dir!!!” Ida terisak-isak menangis!!!”
“Ya………..Allah !!!”
*    *    *    *
Hari berganti hari bulan berganti bulan. Sangat terasa ada yang kurang keenam sahabat Romy menjalankan hari kini tiada lagi, senyum sumringah seorang Romy, tatapan tajamnya, seorang yang selalu BT saat keenam sahabatnya menghayal akan sekolah Hog Wart Harry Potter. Kini tiada lagi sang Romy, takkan ada.
“Aku dan kalian juga tahu. Tanpa dia, kita akan susah untuk bersama, untuk kompak seperti dulu. Aku minta kita harus semangat, semangat menjalani hari demi sahabat kita Romy” pinta Cacha.
Tujuh sabahat yang kini tinggal berenam, berusaha dengan kuat menjaga persahabatan mereka. Meski, kesalahpahaman selalu datang. Banyak orang-orang baru menghiasi hari mereka. Entah sampai kapan persahabatan ini akan tetap terjalin. Mereka hanya berharap tidak seperti kupu-kupu hewan yang mereka sukai hidupnya begitu singkat, sangat singkat. Biarlah waktu yang menjawabnya.
Kenangan indah bersama Romy takkan pernah pergi, keenam sahabatnya menggoreskan bait puisi akrostik untuk mengenang Romy.
LIRIH

Riwayat hidupnya selalu dikenang
Orang takkan pernah melupakannya
Manisnya hati dan parasnya selalu diingat
Ya Tuhan mengapa Kau merenggutnya?
Antara senang dan sedih aku menghadapinya
Ragaku sadar, aku tak mungkin melihat bahu yang tegak itu
Inikah akhir dari segalanya?
Yang tak berakhir bahagia
Aku ingin dia tak pergi, namun Kau berkehendak lain
Nafasnya menjadi semangat bagiku dan lainnya menyambut hari esok
Tanpanya kami berusaha berdiri tegak walau terasa rapuh terpincang-pincang
Indah rasanya jika kami melihat dia, ditempat yang indah disisi-Mu
Tuhanku

               Nopember  2008
           Eka Kusumah Wardani
                   XII IPA 1

Selasa, 23 Oktober 2012

Pengembangan Kurikulum


BAB II
Model dan Organisasi Pengembangan Kurikulum

2.1  Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembengan kurikulum.
Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut sukmadinata (2000 : pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curuculum improvement). Selajutnya beliau juga menjelaskan, pada satu sisi pengembangan kurikulum berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program pengajaran, sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan (macro curriculum). Pada sisi lainnya berkenaan dengan penjabaran kurikulum yang telah disusun oleh tim pusat menjadi rencana dan persiapan-persiapan mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru-guru di sekolah, seperti penyusunan rencana tahunan, caturwulan/semester, satuan pelajaran, dan lain-lain (micro curriculum).
Yang dimaksud pengembangan kurikulum dalam bahasan ini mencakup keduanya, tergantung pada konteks pendekatan dan model pengembangan kurikulum itu sendiri.

pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.

Seringkali kita bicara bahwa pendekatannya kurang tepat untuk masalah ini sehingga hasilnya pun kurang mencapai sasaran dan kurang memuaskan, dan sebagainya. Pendekatan, lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk memperoleh-hasil-kerja-yang-lebih-baik.
Kurikulum merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan-dan-evaluasi-kurikulum. Caswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru dalam melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan memenuhi keutuhan masyarakat.

Pengembangan kurikulum seyogyanya dilaksanakan secara sistemik berdasarkan prinsip terpadu yaitu memberikan petunjuk bahwa keseluruhan komponen harus tepat sekali dan menyambung secara integratif, tidak terlepas-lepas, tetapi menyeluruh. Penyusunan satu komponen harus dinilai konsistensinya dan berkaitan dengan komponen-komponen lainnya sehingga kurikulum benar-benar terpadu secara bulat dan utuh.

 2.2 Model-Model Pengembangan Kurikulum.
Pengembangan kurikulum tidak dapat  lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berfikir, sistem nilai ( nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial ), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebutakn menjadi bahan yang perrlu dipertimbangakan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan ( implementation), dan mengevaluasi  ( evaluation ) suatu kurikulum.oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan.
Dewasa ini telah banyak dikembangkan model-model pengembangan kurikulum. setiap model pengembangan kurikulum tersebut memiliki karakteristik pada pola desain, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut dalam pembelajaran. Dalam pengembangan kurikulum dapat diidentifikasikan berdasarkan basis apa yang akan dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti yang menekankan pada kebutuhan  mata pelajaran, peserta didik, penguasan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat atau permasalahan sosial. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum perlu dilakukan dengan berlandaskan pada teori yang  tepat agar kurikulum yang dihasilkan bisa efektif.
Dalam praktik pengembangan kurikulum sering terjadi cenderung hanya menekankan pada pemenuhan mata pelajaran. Artiya, isi atau materi yang harus dipelajari peserta didik hanya berpusat pada disiplin ilmu terstruktur, sistem dan logis, sehingga mengabaikan pengetahuan dan kemampuan aktual yang dibutuhkan sejalan perkembangan masyarakat.
Agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik, pengembang kurikulum semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum. Yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum dalam tulisan ini yaitu langkah atau prosedur sistematis dalam proses penyusunan suatu kurikulum. Dengan memahami esensi model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif model pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum diharapakan akan bisa bekerja secara lebih sistematis, sistemik dan optimal. Sehingga harapan ideal terwujudnya suatu kurikulum yang akomodatif dengan berbagai kepentingan, teori dan praktik, bisa diwujudkan. Sehubungan dengan hal tersebut, akan  diuraikan beberapa model pengembangan kurikulum. Model-model pengembangan yang akan dibahas yaitu model Tyler, Administratif , Grassroot, Demonstrasi ,Seller dan Miller, Taba dan model Beauchamp.

a.      Model Ralph tyler
Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan tyler diajukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum. Pertanyaan – pertanyaan tersebut adalah :
1)      Tujuan pendidikan apa yang harus dicapai oleh sekolah?
2)      Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan untuk  mencapai tujuan pendidikan ?
3)      Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya diorganisasikan ?
4)      Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah tercapai ?

Oleh karena itu, menurut tyler ada empat tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum,yang meliputi :
1)      Menentukan tujuan pendidikan.
2)      Menentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan.
3)      Menentukan organisasi pengalaman belajar .
4)      Menentukan evaluasi pembelajaran.

Berikut ini penjelasan setiap tahapan model pengembangan kurikulum tyler.
1)   Menentukan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus menggambarkan perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan, sehingga tujuan tersebut harus dirumuskan secara jelas sampai pada rumusan tujuan khusus guna mempermudah pencapaian tujuan tersebut.
Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurut Tyler, yaitu : a) hakikat peserta didik b) kehidupan mayarakat masa kini dan c) pandangan para ahli badang studi. Ketiga aspek tersebut harus dipertimbangkan dalam penentuan tujuan pendidikan umum. Penentuan tujuan pendidikan dengan berdasarkan masukan dari ketiga aspek tersebut, selanjutnya difilter oleh nilai-nilai filosofis masyarakat dan filosofis pendidikan serta psikologi belajar.
Ada lima faktor yang menjadi arah penentu tujuan pendidikan, yaitu pengembangan kemampuan berfikir, membantu memperoleh informasi, pengembangan sikap kemasyarakatan, pengembangan minat peserta didik, dan pengembangan sikap sosial.

2)   Menentukan Proses Pembelajaran
Setelah penetapan tujuan, selanjutnya adalah menentukan proses pembelajarn apa yang paling cocok digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalm penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik. Artinya, pengalaman yang sudah dimiliki siswa harus menjadi bahan pertimbangan dalam menetukan proses pembelajaran selanjutnya dalam proses pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta didik atau lingkungan belajar yang tujuannnya untuk membentuk sikap, pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi perilaku yang utuh. Oleh karena itu, ketepatan dalam pemilihan proses pembelajaran sangat menentukan dalam pencapain tujuan yang telah ditetapkan.

3)   Menentukan Organisasi Pengalaman Belajar
Setelah proses pembelajaran ditentukan, selanjutnya menentukan organisasi pengalaman belajar. Pengalaman belajar didalamnya mencakup tahapan-tahapan belajar dan isi atau materi belajar. Bahan yang harus dipelajari peserta didik dan pengalaman belajar apa yang harus dilakukan, diorganisasi sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan. Kejelasan tujuan, materi belajar dan proses pembelajaran serta urutan-urutan, akan mempermudah untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi pembelajaran apa yang sebaiknya digunakan. Pengorganisasian pengalaman belajara bisa dilakukan baik secara vertikal  maupun horizontal, serta memperhatikan aspek kesinambungan.

4)   Menentukan Evaluasi Pembelajaran
Menentukan jenis evaluasi apa yang cocok digunakan, merupakan kegiatan akhir dalam model Tyler. Jenis penilaian yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan penelitian atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa tepat, maka para pengembang kurikulum disamping harus memperhatikan komponen-komponen kurikulum lainnya, juga harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang ada.

b.      Model Administratif
Pengembangan kurikulum model ini disebut juga dengan istilah dari atas kebawah (top down) atau staf lini (line-staff procedure ), artinya pengembangan kurikulum ini ide awal dan pelaksanaanya dimulai dari pejabat tingkat atas pembuatan keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Tim ini sekaligus sebagai tim pengarah dalam pengembangan kurikulum. Langkah kedua adalah membentuk suatu tim panitia pelaksana atau komisi untuk mengembangkan kurikulum yang didukung oleh beberapa anggota yang terdiri dari para ahli, yaitu: ahli pendidikan, kurikulum, disiplin ilmu, tokoh masyarakat, tim pelaksana pendidikan, dan pihak dunia kerja.

Tim ini bertugas untuk mengembangkan konsep-konsep umum, landasan, rujukan, maupun strategi pengembangan kurikulum yang selanjutnya menyusun kurikulum secara operasional berkaitan dengan pengembangan atau perumusan tujuan pendidikan maupun pelajaran, menyusun alternatif proses pembelajaran, dan menentukan penilaian pembelajaran.

Selanjutnya, kurikulum yang sudah selesai disusun kemudian diajukan untuk diperiksa dan diperbaiki oleh tim pengarah. Tim ini melakukan penyesuaian antara aspek-aspek kurikulum secara terkoordinasi dan menyiapkan secara sistem dalam rangka uji coba maupun dalam rangka sosialisasi dan penyebarluasan ( desiminasi ). Setelah perbaikan atau penyempurnaan, kurikulum  tersebut perlu di uji coba secara nyata di beberapa sekolah yang dianggap representatif. Pelaksana uji coba adalah tenaga profesional sebagai pelaksana lapangan, yaitu kepala sekolah dan guru-guru yang tidak dilibatkan dalam penyusunan kurikulum.

Supaya uji coba tersebut menghasilkan masukan yang efektif maka diperlukan kegiatan monitoring dan evaluasi yang fungsiya untuk memperbaiki atau menyempurnakan berdasarkan pelaksanaan di lapangan. Kurikulum ini merupakan kurikulum yang bentuknya seragam dan sifatnya sentralistik, sehingga kurang sesuai jika diterapkan dalam dunia pendidikan yang menganut asas desentralisasi. Selain daripada itu, kurikulum ini kurang tanggap terhadap perubahan nyata yang dihadapi para pelaksana kurikulum dilapangan. Perubahan lebih cenderung dilakukan berdasarkan pola pikir pihak atasan (birokrat) pendidikan.