BAB
II
Model dan Organisasi Pengembangan Kurikulum
2.1 Pengertian Pendekatan Pengembangan
Kurikulum
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang
terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian
pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang
secara umum tentang proses pengembengan kurikulum.
Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut sukmadinata
(2000 : pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama
sekali baru (curriculum construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang
telah ada (curuculum improvement). Selajutnya beliau juga menjelaskan, pada
satu sisi pengembangan kurikulum berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum
mulai dari dasar-dasar kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran,
garis-garis besar program pengajaran, sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan
(macro curriculum). Pada sisi lainnya berkenaan dengan penjabaran kurikulum
yang telah disusun oleh tim pusat menjadi rencana dan persiapan-persiapan
mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru-guru di sekolah, seperti
penyusunan rencana tahunan, caturwulan/semester, satuan pelajaran, dan
lain-lain (micro curriculum).
Yang
dimaksud pengembangan kurikulum dalam bahasan ini mencakup keduanya, tergantung
pada konteks pendekatan dan model pengembangan kurikulum itu sendiri.
pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan
strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan
yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.
Seringkali kita bicara bahwa pendekatannya kurang tepat untuk masalah ini
sehingga hasilnya pun kurang mencapai sasaran dan kurang memuaskan, dan
sebagainya. Pendekatan, lebih menekankan pada usaha dan penerapan
langkah-langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa
metode yang tepat, yang dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang
sistematik untuk memperoleh-hasil-kerja-yang-lebih-baik.
Kurikulum merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan-dan-evaluasi-kurikulum. Caswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru dalam melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan memenuhi keutuhan masyarakat.
Kurikulum merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan-dan-evaluasi-kurikulum. Caswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru dalam melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan memenuhi keutuhan masyarakat.
Pengembangan kurikulum seyogyanya dilaksanakan secara sistemik berdasarkan
prinsip terpadu yaitu memberikan petunjuk bahwa keseluruhan komponen harus
tepat sekali dan menyambung secara integratif, tidak terlepas-lepas, tetapi
menyeluruh. Penyusunan satu komponen harus dinilai konsistensinya dan berkaitan
dengan komponen-komponen lainnya sehingga kurikulum benar-benar terpadu secara
bulat dan utuh.
2.2 Model-Model Pengembangan Kurikulum.
Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang
mempengaruhinya, seperti cara berfikir, sistem nilai ( nilai moral, keagamaan,
politik, budaya, dan sosial ), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik,
kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebutakn
menjadi bahan yang perrlu dipertimbangakan dalam suatu pengembangan kurikulum.
Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka
mendesain (designing), menerapkan ( implementation), dan mengevaluasi ( evaluation ) suatu kurikulum.oleh karena
itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan proses sistem
perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar
keberhasilan dalam pendidikan.
Dewasa ini telah banyak dikembangkan model-model
pengembangan kurikulum. setiap model pengembangan kurikulum tersebut memiliki
karakteristik pada pola desain, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut dalam
pembelajaran. Dalam pengembangan kurikulum dapat diidentifikasikan berdasarkan
basis apa yang akan dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti yang menekankan
pada kebutuhan mata pelajaran, peserta
didik, penguasan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat atau
permasalahan sosial. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum perlu dilakukan
dengan berlandaskan pada teori yang
tepat agar kurikulum yang dihasilkan bisa efektif.
Dalam
praktik pengembangan kurikulum sering terjadi cenderung hanya menekankan pada
pemenuhan mata pelajaran. Artiya, isi atau materi yang harus dipelajari peserta
didik hanya berpusat pada disiplin ilmu terstruktur, sistem dan logis, sehingga
mengabaikan pengetahuan dan kemampuan aktual yang dibutuhkan sejalan
perkembangan masyarakat.
Agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik,
pengembang kurikulum semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan
kurikulum. Yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum dalam tulisan ini
yaitu langkah atau prosedur sistematis dalam proses penyusunan suatu kurikulum.
Dengan memahami esensi model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif
model pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum diharapakan akan bisa
bekerja secara lebih sistematis, sistemik dan optimal. Sehingga harapan ideal
terwujudnya suatu kurikulum yang akomodatif dengan berbagai kepentingan, teori
dan praktik, bisa diwujudkan. Sehubungan dengan hal tersebut, akan diuraikan beberapa model pengembangan
kurikulum. Model-model pengembangan yang akan dibahas yaitu model Tyler, Administratif
, Grassroot, Demonstrasi ,Seller dan Miller, Taba dan model Beauchamp.
a. Model Ralph tyler
Model
pengembangan kurikulum yang dikemukakan tyler diajukan berdasarkan pada
beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah-langkah dalam pengembangan
kurikulum. Pertanyaan – pertanyaan tersebut adalah :
1) Tujuan
pendidikan apa yang harus dicapai oleh sekolah?
2) Pengalaman-pengalaman
pendidikan apakah yang semestinya diberikan untuk mencapai tujuan pendidikan ?
3) Bagaimanakah
pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya diorganisasikan ?
4) Bagaimanakah
menentukan bahwa tujuan telah tercapai ?
Oleh karena itu, menurut tyler ada
empat tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum,yang meliputi :
1) Menentukan
tujuan pendidikan.
2) Menentukan
proses pembelajaran yang harus dilakukan.
3) Menentukan
organisasi pengalaman belajar .
4) Menentukan
evaluasi pembelajaran.
Berikut ini penjelasan setiap
tahapan model pengembangan kurikulum tyler.
1) Menentukan
Tujuan Pendidikan
Tujuan
pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan
dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus menggambarkan perilaku akhir setelah
peserta didik mengikuti program pendidikan, sehingga tujuan tersebut harus
dirumuskan secara jelas sampai pada rumusan tujuan khusus guna mempermudah
pencapaian tujuan tersebut.
Ada tiga aspek yang harus
dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurut Tyler,
yaitu : a) hakikat peserta didik b) kehidupan mayarakat masa kini dan c)
pandangan para ahli badang studi. Ketiga aspek tersebut harus dipertimbangkan
dalam penentuan tujuan pendidikan umum. Penentuan tujuan pendidikan dengan
berdasarkan masukan dari ketiga aspek tersebut, selanjutnya difilter oleh
nilai-nilai filosofis masyarakat dan filosofis pendidikan serta psikologi
belajar.
Ada lima faktor yang menjadi arah
penentu tujuan pendidikan, yaitu pengembangan kemampuan berfikir, membantu
memperoleh informasi, pengembangan sikap kemasyarakatan, pengembangan minat
peserta didik, dan pengembangan sikap sosial.
2) Menentukan
Proses Pembelajaran
Setelah
penetapan tujuan, selanjutnya adalah menentukan proses pembelajarn apa yang
paling cocok digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu aspek yang
harus diperhatikan dalm penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan latar
belakang kemampuan peserta didik. Artinya, pengalaman yang sudah dimiliki siswa
harus menjadi bahan pertimbangan dalam menetukan proses pembelajaran
selanjutnya dalam proses pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta
didik atau lingkungan belajar yang tujuannnya untuk membentuk sikap,
pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi perilaku yang utuh. Oleh karena
itu, ketepatan dalam pemilihan proses pembelajaran sangat menentukan dalam
pencapain tujuan yang telah ditetapkan.
3) Menentukan
Organisasi Pengalaman Belajar
Setelah
proses pembelajaran ditentukan, selanjutnya menentukan organisasi pengalaman
belajar. Pengalaman belajar didalamnya mencakup tahapan-tahapan belajar dan isi
atau materi belajar. Bahan yang harus dipelajari peserta didik dan pengalaman
belajar apa yang harus dilakukan, diorganisasi sedemikian rupa sehingga dapat
memudahkan dalam pencapaian tujuan. Kejelasan tujuan, materi belajar dan proses
pembelajaran serta urutan-urutan, akan mempermudah untuk memperoleh gambaran
tentang evaluasi pembelajaran apa yang sebaiknya digunakan. Pengorganisasian
pengalaman belajara bisa dilakukan baik secara vertikal maupun horizontal, serta memperhatikan aspek
kesinambungan.
4) Menentukan
Evaluasi Pembelajaran
Menentukan
jenis evaluasi apa yang cocok digunakan, merupakan kegiatan akhir dalam model
Tyler. Jenis penilaian yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis dan
sifat dari tujuan penelitian atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi
bisa tepat, maka para pengembang kurikulum disamping harus memperhatikan
komponen-komponen kurikulum lainnya, juga harus memperhatikan prinsip-prinsip
evaluasi yang ada.
b. Model Administratif
Pengembangan
kurikulum model ini disebut juga dengan istilah dari atas kebawah (top down)
atau staf lini (line-staff procedure ), artinya pengembangan kurikulum ini ide
awal dan pelaksanaanya dimulai dari pejabat tingkat atas pembuatan keputusan
dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Tim ini sekaligus
sebagai tim pengarah dalam pengembangan kurikulum. Langkah kedua adalah
membentuk suatu tim panitia pelaksana atau komisi untuk mengembangkan kurikulum
yang didukung oleh beberapa anggota yang terdiri dari para ahli, yaitu: ahli
pendidikan, kurikulum, disiplin ilmu, tokoh masyarakat, tim pelaksana
pendidikan, dan pihak dunia kerja.
Tim
ini bertugas untuk mengembangkan konsep-konsep umum, landasan, rujukan, maupun
strategi pengembangan kurikulum yang selanjutnya menyusun kurikulum secara
operasional berkaitan dengan pengembangan atau perumusan tujuan pendidikan
maupun pelajaran, menyusun alternatif proses pembelajaran, dan menentukan
penilaian pembelajaran.
Selanjutnya,
kurikulum yang sudah selesai disusun kemudian diajukan untuk diperiksa dan
diperbaiki oleh tim pengarah. Tim ini melakukan penyesuaian antara aspek-aspek
kurikulum secara terkoordinasi dan menyiapkan secara sistem dalam rangka uji
coba maupun dalam rangka sosialisasi dan penyebarluasan ( desiminasi ). Setelah
perbaikan atau penyempurnaan, kurikulum
tersebut perlu di uji coba secara nyata di beberapa sekolah yang
dianggap representatif. Pelaksana uji coba adalah tenaga profesional sebagai
pelaksana lapangan, yaitu kepala sekolah dan guru-guru yang tidak dilibatkan
dalam penyusunan kurikulum.
Supaya
uji coba tersebut menghasilkan masukan yang efektif maka diperlukan kegiatan
monitoring dan evaluasi yang fungsiya untuk memperbaiki atau menyempurnakan
berdasarkan pelaksanaan di lapangan. Kurikulum ini merupakan kurikulum yang
bentuknya seragam dan sifatnya sentralistik, sehingga kurang sesuai jika
diterapkan dalam dunia pendidikan yang menganut asas desentralisasi. Selain
daripada itu, kurikulum ini kurang tanggap terhadap perubahan nyata yang
dihadapi para pelaksana kurikulum dilapangan. Perubahan lebih cenderung
dilakukan berdasarkan pola pikir pihak atasan (birokrat) pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar