Selasa, 23 Oktober 2012

Pengembangan Kurikulum


BAB II
Model dan Organisasi Pengembangan Kurikulum

2.1  Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembengan kurikulum.
Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut sukmadinata (2000 : pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curuculum improvement). Selajutnya beliau juga menjelaskan, pada satu sisi pengembangan kurikulum berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program pengajaran, sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan (macro curriculum). Pada sisi lainnya berkenaan dengan penjabaran kurikulum yang telah disusun oleh tim pusat menjadi rencana dan persiapan-persiapan mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru-guru di sekolah, seperti penyusunan rencana tahunan, caturwulan/semester, satuan pelajaran, dan lain-lain (micro curriculum).
Yang dimaksud pengembangan kurikulum dalam bahasan ini mencakup keduanya, tergantung pada konteks pendekatan dan model pengembangan kurikulum itu sendiri.

pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.

Seringkali kita bicara bahwa pendekatannya kurang tepat untuk masalah ini sehingga hasilnya pun kurang mencapai sasaran dan kurang memuaskan, dan sebagainya. Pendekatan, lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk memperoleh-hasil-kerja-yang-lebih-baik.
Kurikulum merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan-dan-evaluasi-kurikulum. Caswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru dalam melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan memenuhi keutuhan masyarakat.

Pengembangan kurikulum seyogyanya dilaksanakan secara sistemik berdasarkan prinsip terpadu yaitu memberikan petunjuk bahwa keseluruhan komponen harus tepat sekali dan menyambung secara integratif, tidak terlepas-lepas, tetapi menyeluruh. Penyusunan satu komponen harus dinilai konsistensinya dan berkaitan dengan komponen-komponen lainnya sehingga kurikulum benar-benar terpadu secara bulat dan utuh.

 2.2 Model-Model Pengembangan Kurikulum.
Pengembangan kurikulum tidak dapat  lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berfikir, sistem nilai ( nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial ), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebutakn menjadi bahan yang perrlu dipertimbangakan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan ( implementation), dan mengevaluasi  ( evaluation ) suatu kurikulum.oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan.
Dewasa ini telah banyak dikembangkan model-model pengembangan kurikulum. setiap model pengembangan kurikulum tersebut memiliki karakteristik pada pola desain, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut dalam pembelajaran. Dalam pengembangan kurikulum dapat diidentifikasikan berdasarkan basis apa yang akan dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti yang menekankan pada kebutuhan  mata pelajaran, peserta didik, penguasan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat atau permasalahan sosial. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum perlu dilakukan dengan berlandaskan pada teori yang  tepat agar kurikulum yang dihasilkan bisa efektif.
Dalam praktik pengembangan kurikulum sering terjadi cenderung hanya menekankan pada pemenuhan mata pelajaran. Artiya, isi atau materi yang harus dipelajari peserta didik hanya berpusat pada disiplin ilmu terstruktur, sistem dan logis, sehingga mengabaikan pengetahuan dan kemampuan aktual yang dibutuhkan sejalan perkembangan masyarakat.
Agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik, pengembang kurikulum semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum. Yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum dalam tulisan ini yaitu langkah atau prosedur sistematis dalam proses penyusunan suatu kurikulum. Dengan memahami esensi model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif model pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum diharapakan akan bisa bekerja secara lebih sistematis, sistemik dan optimal. Sehingga harapan ideal terwujudnya suatu kurikulum yang akomodatif dengan berbagai kepentingan, teori dan praktik, bisa diwujudkan. Sehubungan dengan hal tersebut, akan  diuraikan beberapa model pengembangan kurikulum. Model-model pengembangan yang akan dibahas yaitu model Tyler, Administratif , Grassroot, Demonstrasi ,Seller dan Miller, Taba dan model Beauchamp.

a.      Model Ralph tyler
Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan tyler diajukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum. Pertanyaan – pertanyaan tersebut adalah :
1)      Tujuan pendidikan apa yang harus dicapai oleh sekolah?
2)      Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan untuk  mencapai tujuan pendidikan ?
3)      Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya diorganisasikan ?
4)      Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah tercapai ?

Oleh karena itu, menurut tyler ada empat tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum,yang meliputi :
1)      Menentukan tujuan pendidikan.
2)      Menentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan.
3)      Menentukan organisasi pengalaman belajar .
4)      Menentukan evaluasi pembelajaran.

Berikut ini penjelasan setiap tahapan model pengembangan kurikulum tyler.
1)   Menentukan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus menggambarkan perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan, sehingga tujuan tersebut harus dirumuskan secara jelas sampai pada rumusan tujuan khusus guna mempermudah pencapaian tujuan tersebut.
Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurut Tyler, yaitu : a) hakikat peserta didik b) kehidupan mayarakat masa kini dan c) pandangan para ahli badang studi. Ketiga aspek tersebut harus dipertimbangkan dalam penentuan tujuan pendidikan umum. Penentuan tujuan pendidikan dengan berdasarkan masukan dari ketiga aspek tersebut, selanjutnya difilter oleh nilai-nilai filosofis masyarakat dan filosofis pendidikan serta psikologi belajar.
Ada lima faktor yang menjadi arah penentu tujuan pendidikan, yaitu pengembangan kemampuan berfikir, membantu memperoleh informasi, pengembangan sikap kemasyarakatan, pengembangan minat peserta didik, dan pengembangan sikap sosial.

2)   Menentukan Proses Pembelajaran
Setelah penetapan tujuan, selanjutnya adalah menentukan proses pembelajarn apa yang paling cocok digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalm penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik. Artinya, pengalaman yang sudah dimiliki siswa harus menjadi bahan pertimbangan dalam menetukan proses pembelajaran selanjutnya dalam proses pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta didik atau lingkungan belajar yang tujuannnya untuk membentuk sikap, pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi perilaku yang utuh. Oleh karena itu, ketepatan dalam pemilihan proses pembelajaran sangat menentukan dalam pencapain tujuan yang telah ditetapkan.

3)   Menentukan Organisasi Pengalaman Belajar
Setelah proses pembelajaran ditentukan, selanjutnya menentukan organisasi pengalaman belajar. Pengalaman belajar didalamnya mencakup tahapan-tahapan belajar dan isi atau materi belajar. Bahan yang harus dipelajari peserta didik dan pengalaman belajar apa yang harus dilakukan, diorganisasi sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan. Kejelasan tujuan, materi belajar dan proses pembelajaran serta urutan-urutan, akan mempermudah untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi pembelajaran apa yang sebaiknya digunakan. Pengorganisasian pengalaman belajara bisa dilakukan baik secara vertikal  maupun horizontal, serta memperhatikan aspek kesinambungan.

4)   Menentukan Evaluasi Pembelajaran
Menentukan jenis evaluasi apa yang cocok digunakan, merupakan kegiatan akhir dalam model Tyler. Jenis penilaian yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan penelitian atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa tepat, maka para pengembang kurikulum disamping harus memperhatikan komponen-komponen kurikulum lainnya, juga harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang ada.

b.      Model Administratif
Pengembangan kurikulum model ini disebut juga dengan istilah dari atas kebawah (top down) atau staf lini (line-staff procedure ), artinya pengembangan kurikulum ini ide awal dan pelaksanaanya dimulai dari pejabat tingkat atas pembuatan keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Tim ini sekaligus sebagai tim pengarah dalam pengembangan kurikulum. Langkah kedua adalah membentuk suatu tim panitia pelaksana atau komisi untuk mengembangkan kurikulum yang didukung oleh beberapa anggota yang terdiri dari para ahli, yaitu: ahli pendidikan, kurikulum, disiplin ilmu, tokoh masyarakat, tim pelaksana pendidikan, dan pihak dunia kerja.

Tim ini bertugas untuk mengembangkan konsep-konsep umum, landasan, rujukan, maupun strategi pengembangan kurikulum yang selanjutnya menyusun kurikulum secara operasional berkaitan dengan pengembangan atau perumusan tujuan pendidikan maupun pelajaran, menyusun alternatif proses pembelajaran, dan menentukan penilaian pembelajaran.

Selanjutnya, kurikulum yang sudah selesai disusun kemudian diajukan untuk diperiksa dan diperbaiki oleh tim pengarah. Tim ini melakukan penyesuaian antara aspek-aspek kurikulum secara terkoordinasi dan menyiapkan secara sistem dalam rangka uji coba maupun dalam rangka sosialisasi dan penyebarluasan ( desiminasi ). Setelah perbaikan atau penyempurnaan, kurikulum  tersebut perlu di uji coba secara nyata di beberapa sekolah yang dianggap representatif. Pelaksana uji coba adalah tenaga profesional sebagai pelaksana lapangan, yaitu kepala sekolah dan guru-guru yang tidak dilibatkan dalam penyusunan kurikulum.

Supaya uji coba tersebut menghasilkan masukan yang efektif maka diperlukan kegiatan monitoring dan evaluasi yang fungsiya untuk memperbaiki atau menyempurnakan berdasarkan pelaksanaan di lapangan. Kurikulum ini merupakan kurikulum yang bentuknya seragam dan sifatnya sentralistik, sehingga kurang sesuai jika diterapkan dalam dunia pendidikan yang menganut asas desentralisasi. Selain daripada itu, kurikulum ini kurang tanggap terhadap perubahan nyata yang dihadapi para pelaksana kurikulum dilapangan. Perubahan lebih cenderung dilakukan berdasarkan pola pikir pihak atasan (birokrat) pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar